Rabu, 08 September 2010

Gosip

Waktu berada di batas fajar. Mata mulai redup, kisah-kisah muncul begitu saja, seperti laron keluar di musim hujan. Kami bergosip, gosip sepertinya sudah menyatu dalam darah dan daging kami.

Pembicaraan mulai ngelantur. Ya, memang begitulah adanya, apa yang bisa diharapkan dari orang-orang yang punya otak tinggal sesendok? Sesendok teh pula rupanya, setengah sudah habis dipakai untuk urusan pekerjaan dan sisanya ini yang kami perdayakan. Jadilah kami orang-orang goblok yang siap mengolok-olok.

Gosip itu ajaib, itu lah yang dirasa. Dari ujung rambut sampai ujung kaki bisa dipereteli termasuk isi kepala dan dalamnya hati. Kadang, tiba-tiba, penggosip sudah jadi subjek pergosipan dan tak bisa mengelak lagi hanya tinggal mengakui. Kadang sepertinya dunia pararel yang sempit mulai berlaku lagi. Kisah ku, kisah mu juga, kisahnya, ya sama saja. Dari Pekerjaan sampai pasangan semua diumbar, mengundang tawa sampai menganga juga diam seribu bahasa.

Hingga terpejam kami bercerita. Tentang cinta syi’ar sudah kita pecahkan. Long distance theory bukan masalah lagi. Kelahiran, jodoh, dan kematian sudah sama-sama paham, bukan? Ini semua hanya masalah pilihan, benar kan? Ini hanya tentang apa yang kau mau dalam hidup, bukan? Apa yang kita usahakan pasti kita dapatkan. Ingin sekali membahasnya disini, tapi sayang, ini bukan untuk disebarluaskan, benar kan? Kalo apa yang kita mau tak pernah tercapai, ya sudah lah. Intinya sabar dan ikhlas, iya kan? Dan akhirnya kita harus tahu mana urusan kita dan mana urusan Tuhan.

Dari otak yang tinggal sesendok kami munculkan banyak kesimpulan. Dalam gosip kita membentuk kehidupan.

Seperti biasa, perjalanan itu sukar dan mendaki. Tapi tak pernah kita benci bahkan ingin kita lakukan lagi dan lagi. Dan nanti, Gosip pun bersemi kembali.

Sedikit tulisan untuk mengabadikan kebodohan. Karena yang seperti ini mahal sekali.